F A T R I A  A K B A R
Image by -
Blinkie Text Generator at TextSpace.net
United Of Saints Two
-

Sejarah Rumah Sakit Santa Maria Pekanbaru

on Kamis, 19 Agustus 2010

Sejarah Rumah Sakit Santa Maria Pekanbaru


Diawali dari sebuah Balai Pengobatan sederhana pada tanggal 11 November 1964 dan menjadi Rumah Sakit Santa Maria pada 09 Oktober 1974, banyak pasang surut yang telah dialami hingga sekarang
 ERA 1964-1998
Periode ini merupakan periode survival. Dimulai dari sebuah balai pengobatan sederhana para perintis terus berupaya memberikan pelayanan kesehatan terbaik pada umat dan masyarakat sekitar yang membutuhkan. Dukungan dari umat, tokoh masyarakat serta pemerintah cukup besar seperti pada saat peresmian Balai Pengobatan Santa Maria pada  tanggal 11 November 1964 dihadiri oleh Gubernur, Walikota, Pastor, Suster dan tokoh umat. Balai Pengobatan pertama dipimpin oleh Suster. M. Charitas Lammerink,OSF dibantu oleh seorang awam yaitu ibu Margaretha Lies.
Sejalan dengan perkembangannya banyak pasien yang datang berobat dan melahirkan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka pada tangghal 15 Juli 1971 Balai Pengobatan menjadi Rumah Bersalin.
Atas upaya dr. Th.A. Christian yang pada saat itu menjabat Kepala Kantor Wilayah Departemen Kesehatan Propinsi Riau dan didukung ole Pastor Aldo la Ruffa, SX sebagai Ketua Yayasan Prayoga, Balai Pengobatan dan Rumah Bersalin menjadi Rumah Sakit Santa Maria pada tanggal 09 Oktober 1974 dengan dr.TH.A. Christian menjadi Direktur pertamanya (tahun 1974-1978), dilanjutkan dr. Intan Handoyo (tahun 1978-1983) dan dr. S. Halim (tahun 1983-1998).
 Ketua Pengurus Yayasan berurutan dijabat oleh ;
  • 1964 -1965 langsung dirangkap oleh Ketua Yayasan Prayoga Padang
  • Pastor Aldo La Ruffa, SX : 1965 - 1981
  • Pastor G. Arnoldi , SX : 1981 - 1982
  • Pastor Yohanes Halim, Pr : 1982 - 1996
  • Pastor Antonius Konseng, Pr : 1996 - sekarang

Sayangnya karena keterbatasan lahan, bangunan rumah sakit menempati gedung tua yang masih difungsikan. Pada tahun 1995 Yayasan membeli ruko disamping rumah sakit yang difungsikan sebagai IGD, Poloklinik dan kantor di lantai 2.
Sampai dengan akhir tahun 1998 Rumah Sakit Santa Maria telah memiliki 71 tempat tidur dan 1 (satu) kamar operasi.
Sebagai perintis dan misi pelayanan kepada kaum awam yang dibinanya serta mengingat tugas perutusan sudah berakhir di Pekanbaru, maka pada tahun 1999 para suster OSF kembali ke biara Gedangan - Semarang, dan hasil binaan merekalah para dokter, perawat dan bidan yang terus melanjutkan misi Rumah Sakit Santa Maria.

ERA 1998 - 2002
 Pada masa ini Manajemen Rumah Sakit Santa Maria mulai diberdayakan. beberapa tugas dan wewenang yang selama ini kerjakan oleh Yayasan (Yayasan Prayoga Perwakilan Riau) mulai dilimpahkan secara bertahap ke Manajemen Rumah Sakit, seperti :
  •  Rekrutmen karyawan, yang sebelumnya dilakukan sepenuhnya oleh Yayasan, proses seleksi tahap awal sekarang dilakukan di rumah sakit.
  •  Pengadaan obat-obatan dan alat kesehatan yang sebelumnya ditentukan oleh Yayasan mulai pada masa ini dibentuk Panitia Farmasi yang melibatkan dokter, apoteker dan manajemen rumah sakit.
  •  Dibidang keuangan, sejak tahun 1998 dialkukan audit keuangan rumah sakit oleh akuntan publik sehingga rumah sakit dapat mengetahui posisi keuangannya, mengukur kinerja keuangan dan membuat perencanaan yang lebih akurat berdasarkan data yang ada.
  •  Secara bertahap keuangan rumah sakit dipisahkan dari keuangan Yayasan, yang pada akhirnya bermuara pada kemandirian Rumah Sakit Santa Maria secara paripurna, yang terwujud dalam pemisahan Yayasan pada tanggal 24 juli 2002 ketika Mgr. Martinus Dogma Situmorang,OFM.Cap selaku Uskup Padang mendirikan Yayasan Salus Infirmorum yang khusus membawahi unit kesehatan terpisah dari unit pendidikan.
Semua hal ini dapat terwujud tidak terlepas dari visi, misi Ketua Pengurus waktu itu Romo Antonius Konseng,Pr dan pengurus lainnya yang cukup antisipatif melihat perkembangan yang ada, upaya yang tak kunjung lelah dari Direktur pada saat itu (dr. Akmal, MARS), dan dorongan dari rumah sakit Katolik lain yang tergabung dalam wadah Perdhaki terutama Perdhaki Regio Sumatra yang dikomandoi Pastor Aldo La Ruffa,SX dan tentu saja Uskup Padang Mgr. Martinus Dogma Situmorang, OFM Cap, selaku Pendiri dan Pembina Yayasan.
Disamping itu Rumah Sakit Santa Maria mulai melengkapi sarana dan prasarana, diantaranya peningkatan kualitas SDM melalui pendidikan, pelatihan dan studi banding, pembuatan Sistem Pengolahan Limbah sesuai standar yang ditetapkan oleh pemerintah, melakukan renovasi kamar VIP dan menambah kapasitas tempat tidur menjadi 84 tempat tidur.
Instalasi Gawat Darurat dan Poliklinik Umum dikembangkan, baik dalam hal fasilitas dan dokter jaga 24 jaga. Disamping itu Poliklinik Kulit dan Kecantikan mulai dioperasikan.

ERA 2002 - SAAT INI
Masa ini merupakan masa dimana terjadi perubahan yang cepat ditengah terjadinya krisis multidimensi pada masyarakat. Berbagai tantangan dilalui Rumah Sakit Santa Maria dalam kiprahnya melayani sesama. Munculnya berbagai rumah sakit baru disertai  penawaran-penawaran yang menarik merupakan tantangan tersendiri bagi manajemen.
Namun demikian, tantangan-tantangan tersebut justru lebih memicu prestasi yang lebih baik. Pada masa ini Direktur dijabat oleh dr. Arifin (tahun 2002 - sekarang). Dalam lima tahun terakhir, sampai dengan tahun 2007 Rumah Sakit Santa Maria menunjukkan kinerja yang meyakinkan. Hal ini dapat dilihat pada :
  •  Peningkatan kunjungan di unit-unit unggulan, yaitu pertumbuhan kunjungan di Istalasi Rawat Jalan mencapai 140 %, Instalasi Gawat Darurat meningkat 98 %, Kamar Operasi meningkat 98,7%, Instalasi Radiologi meningkat 38,4%, Instalasi Laboratorium meningkat 177 %. Disamping itu Instalasi Rawat Inap yang kapasitas tempat tidurnya meningkat dua kali lipat menunjukkan BOR 86,2%.
  •  Pembangunan 2 (dua) unit gedung baru lima lantai. Tahap II akan selesai pada tahun 2008 ini.
  •  Pengembangan poliklinik spesialis menjadi 20 klinik
  •  Pengembangan kamar operasi dari 1 ruangan menjadi 3 ruangan dengan peralatan yang lebih lengkap.
  •  Mendirikan ICU dengan kapasitas 5 tempat tidur, ICCU 2 tempat tidur, NICU 2 tempat tidur.
  •  Pengembangan perinatologi dengan menyediakan perawatan terbaik didukung fasilitas modern.
  •  Peningkatan kesejahteraan seluruh karyawan (kenaikan take home pay lebih dari 300%)
  •  Optimalisasi Formularium obat RS Santa Maria (lebih dari 95% obat yang digunakan sesuai dengan Formularium obat yang ditetapkan).
  •  Melengkapi fasilitas dan peralatan gedung baru seperti USG 4 dimensi (Realtime) Voluson 730 pro, peralatan di kamar bedah dan ICU, Mammography Senographe 800T, Endoskopi Urologi dan THT, alat laboratorium auto analyzer untuk hematology, kimia klinik dan imunoserologi, Multi Slice CT Scan dan USG Vivid khusus untuk jantung.
Pencapaian tersebut diatas tentunya tidak terlepas dari perubahan paradigma dalam pengelolaan rumah sakit yang telah dirintis sejak tahun 2002, yaitu “Strategy Focused Organization”, suatu organisasi yang meletakkan strategi sebagai focus dari semua aktifitas dengan memanfaatkan Balanced Score Card sebagai penuntun manajemen untuk mengelola  organisasi berdasarkan keseimbangan dari 4 (empat) perspektif yaitu :
  1. Pelanggan,
  2. Proses pembelajaran dan pertumbuhan,
  3. Proses bisnis internal,
  4. Keuangan.

0 komentar:

Posting Komentar

My Twitter

Google Earth Maps